Sejarah Letusan Gunung Guntur
Di era 1800-an, Gunung Guntur merupakan gunung paling aktif di Indonesia, bahkan mengalahkan Gunung Merapi di Jawa Tengah. Adalah Franz Wilhelm Junghuhn, seorang naturalis Belanda kebangsaan Jerman, yang rajin menuliskan laporan tentang betapa aktifnya Gunung Guntur dalam bukunya : 13 Goentoer, Java Tweede Afduling, De Vulkaan en Vulkanische Verschjnslen West-en Midden-Java (1850).
Antara tahun 1800 sampai 1847 tercatat tidak kurang dari 21 kali letusan. Letusan itu berulang-ulang dalam tempo pendek, berlangsung paling lama 5 sampai 12 hari. Periode letusan berselang-selang antara 1,2 dan 3 tahun dan ada kalanya letusan terjadi setelah masa istirahat 6 dan 7 tahun. Berikut beberapa sejarah letusan Gunung Guntur yang tercatat.
Nih, sejarah letusan Gunung Guntur yang tercatat di periode 1800-an :
1825 : Letusan terjadi pada tanggal 14 Juni. Letusannya mengakibatkan hutan di sekitar gunung hangus terbakar.
1829 : Letusan yang terjadi di tahun ini cukup besar dan tiba-tiba. Beberapa kampung hancur, dan banyak orang menjadi korban
1832 : Di tahun ini terjadi dua kali letusan. Yang pertama terjadi pada tanggal 16 Januari, dan yang kedua merupakan letusan panjang berkali-kali dari 8 hingga 13 Agustus.
1840 : Pada tahun 1840 letusan yang terjadi bahkan mengeluarkan aliran lava. Aliran lava ini mengalir hingga ke Cipanas. Lava hasil erupsi tahun 1840 ini mengalir dari Kawah Gunung Guntur ke arah tenggara dan selatan dan berakhir di daerah Cipanas (sekitar 300 meter sebelah utara lokasi wisata pemandian Cipanas),
“Matahari belum lagi terbit ketika tiba-tiba terbentuk tiang api dan asap dari kawah. Lava membara mengalir ke semua arah dari tepinya… Tiada batang rumput menghiasi Gunung Guntur dari kaki hingga puncak, sama sekali gundul, ia menjulang dalam kegelapan lontaran kelabu kotor kehitaman, bagaikan suatu gambaran kehancuran.”
-F. Junghuhn, naturalis Belanda, menceritakan sejarah letusan Gunung Guntur tahun 1840 dalam 13 Goentoer, Java Tweede Afduling, De Vulkaan en Vulkanische Verschjnslen West-en Midden-Java (1850).*)
1841 : Letusan yang terjadi pada tanggal 14 Nopember ini sangat besar hingga menghancurkan lahan-lahan pertanian di Garut. Tercatat hingga 400.000 batang pohon kopi hancur.
1843 : Pada tahun ini pun letusan terjadi dua kali, yaitu pada tanggal 4 Januari dan tanggal 25 November. Akibat dari letusan ini banyak lahan pertanian warga dan beberapa kampung rusak.
1847 : Letusan tahun 1847 adalah letusan terakhir Gunung Guntur. Hingga saat ini, lebih dari 150 tahun lamanya, Gunung Guntur telah beristirahat.
Kata pak Surono, Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang rajin ngamatin Gunung Guntur, gunung ini adalah salah satu gunung yang harus selalu diwaspadai aktivitasnya. Selain karena gunung ini sudah menyimpan energi selama lebih dari 1,5 abad, Gunung ini juga sangat dekat dengan perkotaan. Oleh karena itu, tim beliau ngga boleh sampai lengah.
Nah, luar biasa kan sejarah letusannya? Kalau mau tanya-tanya perihal aktivitas Gunung Guntur, bisa dicari tuh pos pengamatannya di Desa Sirnajaya, Kecamatan Tarogong Kaler, Kab. Garut.
***
Dukung terus Jelajah Garut melalui usaha-usaha kecil yang kita jalankan:
Jelajah Garut Merchandise | Jelajah Garut Tour Organizer | Jelajah Garut Outdoor Gear Rental
Rolis Junwandi says:
Boleh minta buku Junghuhn nya engga?
jelajahgarut says:
wah, admin juga dapetnya dari sumber kedua kang, dari dokumentasinya tim ekspedisi cincin api kompas, hehe…