dr. Slamet Atmosoediro Melawan Wabah Sampar di Garut Tahun 1930

Warga Garut pasti udah tau kan RSUD dr. Slamet? Yak benar! Rumah Sakit yang sekarang menjadi rumah sakit perawatan pasien covid-19 ini ternyata namanya diambil dari salah seorang dokter yang berjibaku menangani wabah penyakit sampar atau biasa yang kita tau penyakit PES. Tapi bukan PES Pro Evolution Soccer ya! Hehehe.

Slamet Atmosoediro dilahirkan di Lampegan, Cianjur, pada tahun 1891. Mengikuti pendidikan di STOVIA dan lulus pada tahun 1916. Pada tahun yang sama Mas Slamet, bersama dengan Mas Dajat Hidajat, Raden Mohamad Saleh Mangoendihardjo, dll. diangkat sebagai doker pribumi (Inlandsch arts) pada Burgerlijken Geneeskundigen Dienst oleh Hoofdinspecteur, Chef van den Burgerlijken Geneeskundigen Dienst . Mereka ditempatkan di Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (CBZ), Weltevreden, Batavia, atau kini menjadi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). 

Tahun 1918, Dokter Slamet dialihkan ke Tobelo, Ternate, Maluku, hingga tahun 1921. Sejak 1922, ia dipindahkan lagi ke Weltevreden, Batavia. Kemudian pada 1925, dia mulai bekerja di Garut. Pada tahun 1927 beliau ditugaskan untuk menangangi wabah pes yang sedang parah di Garut. 2 tahun kemudian beliau diangkat menjadi kepala rumah sakit.

Awal Mei 1930, ada seorang anak yang dibawa dari Bandung menuju Garut karena sakit. Namun sehari kemudian, anak tersebut meninggal karena penyakit pes dan membuat Mas Slamet untuk memeriksa penyebab kematian tersebut karena beliau tidak yakin dengan penyakit yang menyebabkan anak tersebut meninggal.

Namun, kerabat dekat anak tersebut juga meninggal meninggal setelah mengalami demam tinggi. Setelah didiagnosa, kerabat dekat anak tersebut terjangkiti penyakit pes.

Suasana Ruang Perawatan RSUD dr. Slamet tahun 1930. Sumber : Troppenmuseum

Tepat tanggal 9 Mei 1930, Mas Slamet sakti dan kondisinya memburuk. Esok harinya beliau memutuskan untuk diperiksa di Rumah Sakit Provinsi di Tasikmalaya karena fasilitas dirumah sakit tersebut lebih lengkap. Dengan menggunakan mobil milik seorang patih di Garut, Mas Slamet dibawa ke Tasikmalaya dengan kondisinya yang makin memburuk. Beliau bahkan berteriak untuk menahan rasa sakit pada tubuhnya dan sempat pingsan. Namun sayang, tepat tanggal 11 Mei 1930, beliau meninggal dunia.

Malamnya, 2 dokter di rumah sakit tersebut memeriksa jenazah Mas Slamet. Pemeriksaan dilakukan oleh Dokter Parjono dan Dokter Seokardjo. Hasilnya adalah, penyebab kematian Mas Slamet tersebut diakibatkan terpapar oleh virus pes pada saat memeriksa kondisi pasien yang berasal dari Bandung tersebut.

Untuk mengenang jasa-jasanya, kemudian, nama Dokter Slamet diabadikan sebagai nama jalan di Bandung, paling tidak, sejak pergantian nama Dr. Samjoedoweg menjadi Jl. Dr. Slamet pada 1950 (Perubahan Nama Djalan-djalan di Bandung, AID, 1950).

Suasan Rumah Sakit Garut tahun 1930. Sumber : KITLV

Sejak 1979, berdasarkan SK Menkes RI nomor 51/Men.Kes/SK/II/79, namanya juga diabadikan sebagai nama rumah sakit di Garut. (Sumber : Atep Kurnia – ayobandung.com)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may use these HTML tags and attributes:

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

Pin It on Pinterest

Shares
Share This