Pandemi Covid-19 selama dua tahun kebelakang membuat banyak pengusaha kesulitan mempertahankan kondisi keuangan usahanya, terutama usaha yang bergantung pada keberjalanan industri pariwisata, seperti usaha kerajinan kulit Garut. Sentra industri kulit di Sukaregang, Kecamatan Garut Kota, seringkali terlihat sepi pengunjung disebabkan karena larangan wisata yang diberlakukan selama pandemi berlangsung.
Menurut beberapa pemilik toko kerajinan kulit, omzet mereka turun hingga 70 persen. Hal ini membuat mereka kewalahan dalam menutupi biaya operasional harian. Tidak hanya pemilik toko, banyak usaha penyamakan kulit pun merasa kesulitan dengan turunnya permintaan bahan kulit asli dari industri hilir. Akibatnya, banyak usaha yang terpaksa harus merumahkan karyawannya karena sudah tidak mampu memberikan gaji seperti biasa.
Keterpurukan ini terus terjadi selama periode tahun 2020 dan 2021. Beberapa usaha dapat berinovasi dan bertahan menghadapi sulitnya kondisi pandemi, dan beberapa usaha lainnya terpaksa harus gulung tikar. Kini, di awal tahun 2022, sinyal-sinyal kebangkitan dari industri kerajinan kulit Garut ini mulai terlihat.
Inovasi yang Dilakukan Pelaku Usaha Kerajinan Kulit Garut
Banyak usaha yang mencoba memutar otak untuk berinovasi dalam menghadapi situasi pandemi selama dua tahun kebelakang. Namun secara agregat, memang ekonomi telah menurun lesu dan ruang kegiatan orang pun banyak dibatasi sehingga terus memperburuk keadaan bagi industri ini. Mayoritas pengusaha kulit di Garut masih menggunakan model bisnis konvensional yang sangat bergantung pada aliran wisatawan.
Beberapa brand kerajinan kulit yang telah cukup besar, seperti Garut Kulit (GK), mencoba terus berinovasi dengan merangsek ke pasar marketplace hingga pembuatan jaket kulit custom dengan metode pre order, semuanya dilakukan secara online. Sebelumnya Garut Kulit lebih banyak berkecimpung di industri pembuatan souvenir acara dan pembuatan kerajinan kulit untuk keperluan ekspor. Menurunnya kegiatan-kegiatan acara selama pandemi sangat terasa imbasnya, namun, inovasi Garut Kulit untuk merambah ke marketplace terbukti dapat mempertahankan eksistensi usaha ini.
Banyak badan-badan usaha kerajinan kulit lainnya juga ikut merambah ke ranah dunia maya. Walaupun demikian, tidak sedikit juga yang ciut disebabkan minimnya skill dalam mengoptimalkan channel online dalam menjual produk kulit mereka. Banyak pengusaha, terutama dari angkatan yang lebih tua, mengeluhkan kesulitan mereka dalam beradaptasi dengan cepatnya perkembangan dunia digital sehingga mereka pun kesulitan untuk bersaing.
Beberapa pengrajin mencoba berinovasi dengan membuat produk masker dari bahan kulit. Inovasi ini berhasil mengambalikan beberapa persen aliran pemasukan yang hilang, namun tingkat pendapatan yang dulu dicapai sebelum pandemi masih jauh untuk diwujudkan.
Dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Sinyal dukungan dari Pemprov Jabar juga sudah dilontarkan sang Gubernur Jabar, Pak Ridwan Kamil. Dalam kunjungannya ke Satuan Pelayanan (Satpel) Pengembangan Industri Perkulitan yang dikelola Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat di Sukaregang, Kecamatan Garut Kota, awal Januari 2022 lalu, beliau membahas banyak hal untuk peningkatan industri kerajinan kulit Garut.
Pak Ridwan Kamil menantang para pelaku industri kulit untuk berinovasi. Inovasi ini dapat dilakukan baik dari segi bahan dan model produk hingga dari segi pemasaran. Beliau juga menawarkan jasa desain gratis agar desain produk-produk kulitnya tidak stagnan. Menurut beliau, pasar generasi Z dan milenial adalah prospek yang menjanjikan bagi pelaku industri kerajinan kulit Garut. Pasar luar negeri juga bisa menjadi pasar baru yang menjanjikan.
Walaupun begitu, ada banyak persyaratan yang harus dikuasai, dari mulai aspek kualitas hingga komunikasi pemasaran. Untuk menyasar pasar yang lebih luas ini, beliau menantang para pelaku usaha kulit Garut untuk mulai mendalami teknologi informasi. Selain untuk alat pemasaran, teknologi ini juga dapat digunakan untuk memperkaya desain produk.
Di awal tahun 2022 ini angka jumlah wisatawan mulai kembali meningkat, walau juga belum mencapai angka normal sebelum pandemi. Ditengah munculnya varian baru omicron, pemerintah juga gencar dalam meningkatkan angka vaksinasi Covid-19. Hal ini dilakukan agar target bebas Covid-19 di tahun 2022 dapat segera tercapai. Target ini juga menjadi harapan tersendiri bagi para penggiat industri ini agar dapat segera pulih seperti sedia kala.
Asosiasi Penyamak Kulit Garut (APKG) juga terus mengadvokasi pemerintah agar dapat memberikan dukungan lebih kepada para pelaku usaha di rantai suplai industri kerajinan kulit Garut. APKG berharap pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat menjadi stimulus bagi kebangkitan industri kulit di Garut.
Meningkatkan Brand Image dan Positioning
Usaha kerajinan kulit yang telah memiliki brand besar, seperti Garut Kulit, juga dapat memberikan ilmu dan wawasannya kepada pengrajin lain. Selain untuk meningkatkan brand image Garut Kulit, juga untuk menambah luas pangsa pasar total dari industri kulit Garut, karena tidak bisa dipungkiri, salah satu saingan industri ini adalah industri serupa dari kota lainnya. Jika image kota Garut sebagai penghasil kerajinan kulit terbaik di Indonesia dapat terbentuk, maka semua pelaku industri pun mendapatkan keuntungannya.
Jika Garut dapat menjadi yang terdepan; mengambil inisiatif untuk memposisikan diri (positioning pasar) sebagai kota penghasil produk kerajinan kulit terbaik di Indonesia, maka Garut akan mendapatkan momentum yang lebih kuat untuk dapat segera pulih dan bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19.
Oleh: Kang Fajrin
Baca juga: Kopi 76, Kopi Garut dari Pesantren Persis Tarogong