Responsible Travelling, Responsible Tourism. Sedikit Evaluasi dari Terbakarnya Tegal Alun Gn. Papandayan.

papandayan

 

Setelah sebelumnya Gunung Guntur yang dilanda kebakaran “tahunan”, kini giliran hutan Gunung Papandayan yang dilalap si jago merah. Penyebabnya kembali ditudingkan kepada faktor kelalaian manusia. Tapi siapa sebenarnya yang lalai? Manusia yang mana?

Banyak sekali elemen-elemen masyarakat yang mendulang untung dari pemandangan alam Garut yang indah, khususnya Papandayan, mulai dari pendaki sebagai konsumen, warga sekitar, UKM dan berbagai perusahaan swasta, hingga institusi resmi pemerintahan. Sisi baiknya memang dari segi perekonomian masyarakat yang terdongkrak, bahkan tim Jelajah Garut juga ikut merasakannya. Tapi haruskah kesejahteraan kita dibayar mahal dengan mengorbankan alam sekitar kita?

Lahan konservasi tidak dapat diubah menjadi perumahan, perkebunan, sawah, atau alih fungsi lahan lainnya. Oleh karena itu, Eko-wisata memang strategi jitu untuk memanfaatkan lahan konservasi. Tapi jika pariwisata tidak didukung dengan pemahaman dan upaya untuk melestarikan alam, disanalah wisata gagal menjadi sebuah eko-wisata; dan alam-lah yang menjadi korban.

Upaya ini bukan cuma tanggung jawab aparat berwenang, dan kesalahan bukan sepenuhnya ada pada pendaki pemula. Banyak yang menuding aparat BKSDA kurang tegas; tidak mampu untuk membuat peraturan pembatasan pendaki. Tapi bahkan ketika Papandayan ditutup pun masih banyak oknum volunteer yang mempersilakan pendaki untuk naik. Salah warga sekitar kah? Sepertinya tidak seluruhnya juga. Memang ketika Papandayan tutup, banyak warga yang seolah kehilangan mata pencaharian.

Haruskah kesalahan dialamatkan pada para pendaki? Memang sudah jadi rahasia umum sekarang bahwa banyak pendaki pemula yang mendaki tanpa berbekal pengetahuan dan pengalaman. Tapi mereka jugalah “konsumen” yang sangat berperan untuk kesejahteraan warga Garut.

Yah, memang seperti diungkapkan beberapa akun media sosial para penggiat kegiatan alam, “kini bukan saatnya saling menyalahkan, saatnya kita memikirkan solusi (respon cepat untuk pemadaman api, ketika postingan ini dibuat, upaya pemadaman api masih dilakukan).”

Untuk kita yang hanya bisa memberikan empati dan doa bagi mereka yang ada dilapangan, mari bantu temukan solusi dengan cara evaluasi diri, mengambil pelajaran dari peristiwa kebakaran ini lalu mencari dan mendukung upaya-upaya prevensi agar hal ini tidak terjadi lagi.

Kami sangat menghimbau kepada mereka yang merasa belum memiliki pemahaman dan pengalaman pendakian serta kelestarian alam, untuk tidak mendaki kecuali disertai dengan guide yang berpengalaman. Minimal sertakan orang yang telah menerima pendidikan di organisasi-organisasi Pecinta Alam dalam tim kalian. Jika tidak bisa, ikutlah pendakian bersama penyedia jasa yang telah profesional di bidangnya.

Kepada otoritas berwenang, khususnya BKSDA, kami sangat menyarankan untuk mulai memperketat peraturan pendakian. Dimulai dengan pemberlakuan kuota pendakian dan peningkatan kesiap-siagaan di setiap akhir minggu. Pembuatan camping ground di area kaki Gunung Papandayan juga bisa menjadi strategi untuk menangkal “hilangnya mata pencaharian” warga ketika Gunung Papandayan ditutup untuk pemulihan alam.

Kami sendiri, Jelajah Garut, sebagai penyedia jasa, harus terus memantapkan diri dengan pengalaman dan wawasan akan kelestarian alam. Kami harus memastikan guide kami paham dan mampu menjaga alam ketika juga menjaga keselamatan para pendaki yang menggunakan jasa kami. Kami juga akan mulai menggunakan media informasi kami untuk edukasi responsible travelling bagi para wisatawan, khususnya pendaki.

Mari lengkapi diri dengan wawasan responsible travelling sebelum pergi travelling. Mari terus kampanyekan wawasan responsible tourism kepada mereka yang mengelola dan menyediakan jasa tourism. Semoga kejadian ini tidak terulang lagi di kawasan wisata manapun.

By Jelajah Garut.

***

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may use these HTML tags and attributes:

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

Pin It on Pinterest

Shares
Share This