Tour de Papandayan

Tour de Papandayan bersama peserta santriwati dari Pesantren Persis 76

Tour de Papandayan bersama peserta santriwati dari Pesantren Persis 76

Open Trip perdana ini kita beri judul, Tour de Papandayan. Acaranya dikemas dalam bentuk fun hiking, dengan banyak agenda ringan seperti barbeque party, sharing bersama Jelajah Garut, musik Gunung, dan, yang paling ditunggu, menikmati panorama gerhana bulan total dari Pondok Seladah.

Agenda ini sudah didiskusikan dan disepakati bersama para peserta, tepat setelah mereka fix mendaftarkan tim mereka ke Open Trip ini. Selain fiksasi agenda, peserta juga bisa menyewa outdoor gear yang belum mereka punya ke Jelajah Garut.

Kita sepakat untuk berkumpul jam 8 pagi di kantornya Jelajah Garut, di Jalan Ahmad Yani no. 22 (samping gerbang utara Mesjid Agung Garut). Selain karena mudah di akses, kantor penyewaan outdoor gear pun ada disini, sehingga peserta dapat dengan mudah mengambil alat-alat yang disewanya. Segera setelah peserta berkumpul, kita pun melaju menuju Papandayan.

Di alun-alun Cisurupan, kita berhenti sejenak untuk melengkapi persediaan logistik. Kemudian kita lanjutkan naik Pick Up hingga pos pendaftaran di Camp David. Jalan disini 80% sudah diperbaiki, jadi enak dilalui, malah ada yang udah dibeton juga. Hanya saja menurut akang supirnya ketahanan jalan yang baru ini masih diragukan. Yah, kita hanya bisa berdoa aja, moga perbaikan ini adalah awal dari pembuatan jalan yang lebih bagus dan tahan lama.

Di pos pendaftaran, kita daftar per orang Rp 5.000,- karena kita mendaki di weekday (Rp7.500,- jika weekend). Di pos ini kita beristirahat sejenak dan berfoto bersama sebelum mulai mendaki. Matahari sudah mulai menyengat, kita pun memulai pendakian dengan melindungi ubun-ubun, berdoa, lalu mulai berjalan.

Karena teriknya matahari dari atas dan panasnya tanah dari bawah, serta oksigen yang absen digantikan dengan aroma belerang Kawah Papandayan, banyak anggota tim langsung menderita kelelahan. Salah satu Srikandi kita, Mauly, harus berjuang habis-habisan demi melewati ini. Setelah semuanya mandi keringat, debu, dan belerang, kita tiba di sebuah saung teduh. Kita pun mulai mengumpulkan kembali tenaga dan semangat kita.

Pendakian dari sini menuju Pos 2 di Gober Hut terbilang lebih mudah karena terlindungi oleh teduhan. Melewati jalan berdebu dan sungai yang debitnya berkurang akibat kemarau tetap terasa menyegarkan. Tim pun mendaki dengan lebih tenang.

Di Gober Hut kita daftar lagi, kali ini kepada para volunteer yang menjaga Papandayan tetap bersih dan aman. Selain pos, di sini terdapat warung, sumber air, teduhan untuk beristirahat, dan juga musholla. Setelah mendaftar dan memberi dana sukarela kepada para volunteer, kita pun melanjutkan pendakian ke Pondok Seladah.

Pondok Seladah memang tempat yang sangat tepat untuk sekedar kemping ceria. Ajaibnya kini disini ada toilet. Bukan toilet helikopter yang terbuka, tapi toilet basah tertutup lengkap dengan kloset jongkok dan bak. Ada juga Musholla lengkap dengan tempat wudhu sekaligus tempat ambil air, dan juga warung-warung yang hanya buka di hari weekend.

Para peserta pun makan siang dengan nasi bungkus yang tadi pagi dibeli, sementara tim JG bikin tenda dan teduhan dengan flysheet. Setelah makan siang, para peserta diperbolehkan beristirahat di tenda masing-masing dan berbenah.

Sorenya, dengan sedikit alunan musik, para peserta pun dengan sendirinya keluar dan berkumpul. Kita pun menikmati suasana senja Pondok Seladah sambil berceloteh tentang Jelajah Garut dan musik Gunung. Dan ngga Cuma tim Jelajah Garut yang pegang gitar dan nyanyi, para santriwati pun ternyata bisa juga main gitar. Kita pun lewati sore denga ceria.

Malam menjelang, para pendaki lain mulai menggemakan takbir: gerhana bulan sudah dimulai. Setelah takbir, shalat maghrib, dan shalat gerhana bagi yang muslim, kita bikin barbeque party. Tim Jelajah Garut sengaja bawa pembakaran dan logistik barbeque buat barbeque party ini. Potongan daging sapi, sosis, bahkan kentang, serta bumbunya bikin nafsu makan meledak.

Barbeque party ini jadi lebih lengkap sambil mengamati panorama indah Gerhana Bulan total malam itu. Beruntung sekali kita saat itu langit cerah seperti biasanya langit-langit kemarau. Bahkan setelah gerhana selesai, bulan pun perlahan kembali menjadi purnama yang sangat cerah. Malm itu, tanpa senter atau headlamp pun kita bisa melihat dengan jelas saking terangnya cahaya purnama.

Setelah perut kenyang dan teh manis hangat sebagai penutup mulut, kita pun mempersilakan peserta untuk bebas berkumpul bersama timnya. Para peserta pun ketawa-ketiwi di tendanya masing-masing dengan obrolan dan permainan-permainan mereka. Pada pukul 11 malam, kita menyuruh para peserta untuk tidur.

***

Hari ke-2, kita bangun cukup pagi, tapi semburat merah sudah mulai nampak. Setelah ibadah shalat, kita pun turun kembali ke Gober Hut, lalu berjalan sedikit ke Lawang Angin untuk melihat Sun Rise. Hanya berbekal kompor, teh celup, dan gula, kita berjalan ke spot Sun Rise Papandayan untuk melihatnya sambil minum teh manis hangat. Pagi itu kita sambut dengan semangat berfoto Sun Rise.

Tidak lama kita di Lawang Angin, kita pun beranjak kembali ke Pondok Seladah. Dari Pondok Seladah kita beranjak ke tujuan berikutnya, Tegal Alun. Kita meninggalkan tenda dan peralatan di Pondok Seladah agar pendakian menjadi lebih mudah. Setelah berdoa, kita pun mulai berjalan ke Hutan Mati. Seperti kebanyakan pendaki, kita pun sejenak menikmati panoram Hutan Mati dan berfoto bersama.

Naik lagi ke Tanjakan Mamang, kita harus ekstra hati-hati karena pijakannya menjadi tanah kering berdebu yang licin akibat kemarau panjang. Kita pun meniti satu demi satu pijakan dengan agak lambat namun teliti.

Tegal Alun terletak tepat setelah Tanjakan Mamang. Jadi setelah tanjakan yang berat, kita langsung dapat hadiahnya : Panorama Taman Bunga Edelweiss, Tegal Alun. Kita pun berlama-lama disini. Setiap tim dengan agenda foto sessionnya masing-masing. Lalu kita eksplor lansekap Tegal Alun yang sangat luas. Duduk bersama sambil menikmati makanan kecil dan air jeruk dingin membuat kita semua menikmati sepenuhnya suasana Tegal Alun yang tenang.

Setelah mengambil air di sungai yang kelimpahan airnya berkurang drastis karena musim kemarau, kita pun berjalan kembali turun. Hari itu angin kencang dan debu kering kemarau menerpa Pondok Saladah, membuat istirahat dan makanan kita harus bercampur debu.

Setelah makan siang dan membereskan tenda, kita pun menamakan semua langkah kita selanjutnya dengan nama Pulang.

***

Kali ini kita membuka Open Trip lagi bertajuk Jelajah Garut Hike to Papandayan : A Beginning to Wonderful Journey
bit.ly/JGTours
Ayo ikut gabung 🙂

Testimoni peserta Tour de Papandayan

Testimoni peserta Tour de Papandayan

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may use these HTML tags and attributes:

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

Pin It on Pinterest

Shares
Share This