“Taya tanah nu angar, nu angar mah kokod sia”
Tidak ada tanah yang tandus, yang tandus itu tangan kamu. Itu quote yang kami temukan dalam sebuah buku yang memuat sosok tujuh ksatria lingkungan hidup di Indonesia. Salah seorang diantaranya merupakan seorang tukang ojek dari desa paling terpencil di kaki Gunung Papandayan. Beliau berhasil membuktikan bahwa memang tidak ada tanah yang tandus jika tangan kita terus menjaga kelestariannya.
Yuk kita simak cerita Kang Ipin, peraih penghargaan Kalpataru 2014!
***
Pipin Suryana, yang akrab disapa Kang Ipin atau Mang Ipin, adalah Warga Kampung Pasir Sereh, Desa Sirnajaya, Kecamatan Cisurupan. Beliau adalah sosok yang sederhana dan ramah. Dibalik sosoknya yang sederhana, beliau adalah seorang yang kaya akan pengalaman melestarikan lingkungan hidup. Kesehariannya sebagai tukang ojek tidak menyurutkan cintanya terhadap lingkungan. Dari mulai menanam pohon, hingga mengembalikan fungsi danau, sudah pernah beliau lakukan.
Sudah tidak terhitung banyaknya pohon yang ditanam Kang Ipin disekitar kawasan Gunung Papandayan. “Banyak yang udah pada gede.”, ujarnya sambil bercanda. Beliau teringat pesan ibunya ketika kecil, bahwa gunung dan air bumi itu harus dijaga. Nasihat itulah yang selalu dipegang teguh Kang Ipin.
Aktivitas menanam pohon yang dilakukan Kang Ipin sudah dilakukan semenjak kelas 3 SD. Dulu, Kang Ipin melakukannya dengan sembunyi-sembunyi. Alasannya, takut ditangkap mandor (Polisi Hutan –red). Namun setelah tumbuh dewasa, Kang Ipin sadar, itu tidak perlu ditakutkan. “Orang mau nanam pohon kenapa harus takut Polisi Hutan?” Seloroh Kang Ipin.
Ayah dari 3 anak ini menuturkan bahwa dalam usahanya melestarikan Hutan dikawasan Gunung Papandayan, beliau menyisihkan penghasilannya dari mengojek. Ada yang disisihkan pula untuk membuat jalan setapak untuk ojek ataupun membuat saluran air.
Selama beberapa puluh tahun, Kang Ipin tidak berhenti memajukan desanya di kaki Gunung Papandayan dengan menjaga lingkungannya, mulai dari menyebar bibit, membabat gulma, membuat saluran irigasi, membuka jalan, membangun kirmir, mengumpulkan sampah di objek wisata Gunung Papandayan, hingga turut mencari pendaki hilang.
Kang Ipin sadar bahwa pentingnya kelestarian hutan akan berimbas dengan lancarnya ketersedian air bagi warga yang menjadi syarat utama agar kualitas hidup warga desa menjadi lebih baik. Apalagi ketika Kang Ipin melihat warga sekitar kekurangan air. Ada 7 mushola dan 1 Mesjid yang sulit mendapat air.
Kang Ipin pun merevitalisasi Situ Ciseupan yang dulu sempat rusak dan tidak bermanfaat bagi warga sekitar. Situ Ciseupan dulu sudah mengalami pendangkalan parah, hingga warga menggunakannya untuk bermain bola saja dan memasang tiang gawang di ujung-ujungnya. Beliau pun tergerak untuk mengembalikan fungsinya. Dalam mengembalikan fungsi Situ Ciseupan, Kang Ipin mencangkul situ tersebut sendirian. Banyak yang mengira bahwa Kang Ipin sudah gila.
Namun sekali lagi, tak ada tanah yang tandus jika tangan kita tidak berhenti melestarikan lingkungannya. Berkat usahanya, Kang Ipin berhasil mengembalikan fungsi Situ Ciseupan yang berjarak 1 km dari rumahnya untuk pengairan pertanian dan perumahan warga. Bahkan sekarang di Situ Ciseupan sudah banyak orang yang memancing ikan mujair.
Kang Ipin kini tidak sendirian. Beliau mendirikan sebuah perkumpulan bernama Rawayan. Rawayan ini beranggotakan 30 pengojek, warga desa, dan banyak volunteer. Rawayan ini mulanya merupakan kelompok pengojek yang cinta lingkungan. Rawayan ikut aktif dalam kegiatan menanam di kawasan Hutan Papandayan.
Tidak hanya menanam pohon, Rawayan pun ikut memadamkan kebakaran hutan di Papandayan pada tahun 2012. Bahkan, Rawayan ini tidak segan-segan melaporkan kepada pihak berwenang jika ada pembalakan liar yang terjadi dikawasan hutan Gunung Papandayan. Selain di Papadayan, Kang Ipin juga menanam bakau serta menyemai benih nya di kawasan Konservasi Leuweung Sancang. Sambil bercanda, Kang Ipin berharap benih bakau yang disemai oleh beliau itu dicuri saja, karena pencurian bibit pasti berujung pada penanaman.
Atas kerjakerasnya, Kang Ipin “diganjar” penghargaan Kalpataru dari Presiden Republik Indonesia waktu itu, Pak Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 5 Juni 2014. Kang Ipin berharap semua warga Garut ikut aktif dalam menjaga kelestarian alam.
Namun Kalpataru bukanlah puncak pencapaiannya. Saat ini, Kang Ipin tidak berhenti melestarikan lingkungan sekitarnya. Sekarang beliau sedang melakukan proyek ”gila” lainnya dengan “memaksakan” pembangunan Bank Sampah disekitar rumahnya. Menurutnya, piala Kalpataru bisa berdebu dan usang di sudut ruangan tetapi kebajikan yang nyata akan dikenang lama setelah kematian.
Goodluck Kang Ipin, The Real Papandayan Man!
Sumber Foto : lepaskata.wordpress.com