Ekspedisi Jelajah Garut bersama Garut Turunan Kidul: Explore Cisompet, Curug Dengdeng
Oleh: Fajrin Yusuf M, Jelajah Garut
Garut selatan memang memiliki daya tarik berupa alam yang masih sangat alami. Akses yang relatif sulit membuat banyak sisi selatan Garut ini hampir tak terjamah. Belum lagi ditambah dengan kontur tanah yang ekstrim, sehingga banyak ditemui tebing-tebing batu yang menyulitkan pembangunan infrastruktur, seperti jalan dan komunikasi. Kontur tanah yang ekstrim ini dianugerahi Tuhan dengan sumber-sumber air melimpah yang tak pernah surut, membentuk banyak curug-curug (air terjun) tinggi nan indah.
Nah, di salah satu kesempatan langka ini, tim Jelajah Garut melakukan ekspedisi Explore Cisompet ke salah satu desa paling terpencil di Garut Selatan, tepatnya di Desa Margamulya, Kecamatan Cisompet. Dari penuturan warga pribumi, ada sebuah Curug yang cantik di desa ini, yaitu Curug Dengdeng. Kami pun mendapat bantuan dari @kangrollin, seorang tokoh pemuda dari desa ini yang sangat bersemangat memperkenalkan kampung halamannya kepada kami, disamping segala keterbatasan yang ada.
Perjalanan kita mulai dari Garut hingga perkebunan Neglasari, Kecamatan Cisompet, melalui jalur yang biasa dilalui wisatawan yang menuju pantai selatan Garut. Pintu masuk ke perkebunan teh ini menjadi titik pertemuan kita. Selain itu, pintu masuk ke perkebunan di sebelah kanan jalan ini juga merupakan awal jalan terjal menuju Desa Margamulya, di pelosok Kecamatan Cisompet. Kita berencana ingin juga Explore Cisompet hingga ke Curug Tujuh Neglasari yang terlihat dari jalan raya, namun waktu yang terbatas membuat kita mengurungkan niat.
Dari pintu perkebunan ini kita langsung disuguhi jalan terjal berbatu dengan tanjakan dan turunan curam. Jalan khas perkebunan yang disusun dari batu-batu besar ini dapat merusak kendaraan siapa saja yang kurang berhati-hati, sehingga diperlukan kendaraan dan pengendara yang prima untuk melewati jalan ini. Dari jalan raya Neglasari menuju Desa Margamulya ini ternyata jaraknya sekitar 13 km. Dengan kondisi jalan yang terjal serta cuaca hujan yang memperlambat, kita menempuhnya selama sekitar 2 jam.
Di akhir jalan, kita bertemu dengan sebuah sungai besar yang memotong jalan. Di sini kita menitipkan kendaraan kita kepada warga sekitar dengan bantuan @kangrollin. Lalu kita mulai berjalan menuju curug. Kita harus menyeberangi sungai ini melalui sebuah jembatan sederhana. Kemudian kita harus melewati petak-petak sawah penduduk. Curug Dengdeng ini ternyata terletak di ujung petak-petak sawah ini.
Tinggi Curug Dengdeng ini sekitar 20-30 meter. Curug Dengdeng terlihat unik karena lebarnya hampir dua kali tingginya, membuat curug ini terlihat cantik. Ketika hujan, Curug Dengdeng menjadi sedikit keruh karena membawa material tanah dengan debit air luar biasa besar sehingga jadi sangat berbahaya. Namun ketika hujan berhenti, air curug berangsur kembali berwarna putih dan air sungai pun kembali jernih.
Saat ini air sungai ini telah dimanfaatkan warga untuk pengairan sawah-sawah mereka. Menurut penuturan @kangrollin, Curug ini juga pernah memutar turbin mikrohidro untuk menerangi dusun-dusun disekitarnya. Selain itu, seringkali warga sekitar pergi memancing ke sungai ini di malam hari untuk memancing ikan lubang.
Karena hari sudah sangat sore, kita memutuskan untuk menginap dan membuka tenda di dekat salah satu saung yang ada di petak sawah warga. Di malam hari, kita banyak berbincang tentang dusun-dusun terpencil di Kecamatan Cisompet ini. Salah satu dusun di sini terisolir dan hanya bisa terhubung melalui sebuah jembatan sederhana. Kondisi penduduk akan sangat sulit ketika terjadi situasi darurat, seperti darurat medis, kebakaran, dan situasi darurat lain. Untuk mencapai jalan raya saja dibutuhkan perjuangan yang berat.
Namun dibalik itu semua, ternyata desa ini juga memiliki banyak potensi. Desa ini dapat menghasilkan ratusan ton kopi dan cengkeh dalam satu tahun. Selain itu, jika akses diperbaiki, maka Curug Dengdeng ini dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke sini dan membawa sumber ekonomi lain bagi masyarakat sekitar. Menurut penuturan @kangrollin, yang merupakan Sekretaris Desa Margamulya, awal tahun 2017 ini perbaikan jalan akan mulai dilakukan. Semoga proses ini cepat selesai, sehingga akses menuju desa ini tidak lagi sulit.
Di pagi hari, kita beruntung mendapat cuaca cerah dan dapat kembali mengeksplore wilayah ini. Debit air telah menurun dan aliran sungai dapat dilewati, meskipun harus dengan sangat hati-hati. Kita pun melintasi sungai dan menyusuri trek curam di pinggir curug dan naik ke atas. Di bagian atas curug, aliran air meliuk membentuk sebuah kolam yang relatif tenang. Kolam ini seketika mengundang kita untuk menyegarkan diri dengan alirannya. Kita pun mandi dan membersihkan diri sejenak; mengisi kembali energi untuk perjalanan pulang.
Di puncak curug ini pemandangan ke petak-petak sawah warga sangat indah dan menentramkan. Kita pun mengambil banyak foto untuk mengabadikan pemandangan ini. Karena waktu yang sempit, kita pun memutuskan untuk segera berbenah pulang. Sebelum pulang, @kangrollin berbaik hati mengajarkan kita cara memasak air dan menanak nasi dengan menggunakan bambu, serta menyuguhi kita dengan gula aren yang enak hasil pengolahan sendiri. Hal-hal seperti ini membuat perjalanan Explore Cisompet ini menjadi sangat berkesan.
Perjalanan pulang hampir seberat perjalanan datang, karena tenaga kita telah terkuras. Namun demikian, kita pulang dengan membawa semangat dan cerita menarik dari salah satu dusun paling terpencil di Garut Selatan, dengan Curug Dengdeng-nya yang cantik. Jadi kita pun pulang dengan riang.
***
Explore Cisompet: Jelajah Garut dan Garut Turunan Kidul, 6-7 Januari 2017.
Tim ekspedisi: @yfajrin @hartasderis @ilhamalauddin @david.ucok @deakurniawan_ @fargila28 @juniiesupriyanto
Local guide: @kangrollin
2 thoughts on “Ekspedisi Jelajah Garut dan Garut Turunan Kidul: Explore Cisompet ke Curug Dengdeng”